Akhir-akhir ini kita menyaksikan negeri kita mengalami keadaan krisis kesehatan bernama pandemi Covid 19 yang ditandai naik nya jumlah pasien Covid dan masyarakat terpapar Covid di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Ironis nya, suka tidak suka kita harus mengakui kinerja para Menteri kabinet masih jauh dari harapan, hal tersebut dibuktikan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia yang harus turun sendirian memantau, mengamati situasi terkini langsung di lapangan.
Hal ini pun patut kita maklumi karena dalam keadaan darurat memang tak mudah mengubah kondisi menjadi lebih baik, ditambah pengaturan anggaran pun harus efektif dalam hal mengatasi permasalahan pandemi Covid 19 yang sudah berjalan lebih dari 1 tahun ini.
Namun, di tengah situasi pemerintah pusat bersama pemerintah daerah berjuang mengatasi pandemi Covid 19, ada salah satu bentuk provokasi yang sesungguhnya tak cocok dan cenderung menyimpang dari apa yang sedang diperjuangkan. Hal ini kita buktikan dengan ada nya peserta demo di beberapa tempat, beberapa hari lalu yang tak mematuhi protokol kesehatan, dan apa yang dituntut justru jauh bertentangan dari bagaimana kita dapat saling bantu, bahu membahu untuk dapat menciptakan suasana kegotong royongan mengatasi penanganan pandemi Covid 19.
Di lain pihak, adik-adik kaum intelektual mahasiswa nampak justru memanaskan suasana yang sesungguhnya itu merupakan suatu tindakan kegiatan yang begitu menghabiskan energi positif kaum intelektual penerus bangsa. Ingat, Indonesia tercinta kita itu berdiri dengan tekad bulat dan pengorbanan yang tak sedikit dari para pejuang kemerdekaan dengan beberapa tokoh sentral yang begitu luar biasa bahu membahu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia diantara nya 3 serangkai Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Syahrir.
Belum lagi kalau kita melihat kilas balik sejarah bagaimana Wawasan Nusantara ditumbuhkembangkan setelah kemerdekaan dengan diplomasi yang begitu elegan kita berhasil merebut wilayah laut sebagai wilayah teritorial Indonesia 3 kali lipat lebih dari luas teritorial pada saat kemerdekaan dikumandangkan pada tahun 1945, seperti seorang diplomat ulung Mocthar Kusumaatmaja, menjadi bukti bahwa perjuangan tak mesti diselesaikan di jalanan.
Dan lebih penting dari itu bahwa kita dapat menyimpulkan segala sesuatu yang sedang diperjuangkan kaum intelektual penerus bangsa tidak mesti diperjuangkan dijalanan, namun justru kekuatan kaum intelektual penerus bangsa harus nya lebih mengandalkan daya tempur yang elegan, bermartabat serta terukur secara lebih bermartabat dan mengedepankan diplomasi-diplomasi yang lebih elegan dan dapat diterima oleh seluruh elemen bangsa ini, kaum intelektual itu wajib mengedepankan daya juang berdiplomasi, karena memang diplomasi merupakan salah satu jalan kaum intelektual penerus bangsa yang harus di tempuh ditengah pandemi covid yang kian hari membutuhkan perhatian dan peran dari seluruh elemen masyarakat Indonesia.
Sehingga, tak dapat dipungkiri bahwa tujuan dari apa yang diperjuangkan akan lebih bermartabat dan elegan dengan pemikiran-pemikiran dan ide-ide cemerlang ketimbang harus menyuarakan suara sambil berteriak di jalanan.
Perlu diketahui kekuasaan kini sedang dalam kondisi yang sesungguhnya selalu mau mendengar segala keinginan rakyat, walau pun kinerja para pembantu kekuasaan tersebut masih jauh dari harapan. Tetapi, setidak nya yang bisa kita pastikan kondisi kekuasaan saat ini tetap mempersilahkan kebebasan kita berdemokrasi, namun wajib mematuhi aturan-aturan yang berlaku demi keselamatan masyarakat Indonesia secara utuh.
Berdemo lah kalian dengan cara yang lebih modern dengan ide, pikiran, dan tampilan utuh yang elegan sehingga dengan begitu kalian dapat menunjukan kepantasan sebagai kaum intelektual penerus bangsa.
Demokrasi yang dilakukan dengan baik dan benar itu akan menunjukan jalan kebenarannya itu sendiri, tanpa harus mempertontonkan jumlah massa sebagai bentuk kekuatan dan daya kritik kepada pemerintah pusat atau pun pemerintah daerah.
Perhatian dan pengabdian kaum intelektual muda penerus bangsa sangatlah dibutuhkan untuk negeri tercinta Indonesia Raya, maka dari itu mari para kaum intelektual muda, bergotong royong dan bergerak dengan keeleganan berfikir dan kerahkan tenaga untuk membantu pemerintah pusat atau pun pemerintah daerah, tanpa harus berdemo massa dijalanan dengan teriakan-teriakan yang akan mengundang syahwat emosi sesaat.
Semoga kaum intelektual muda, dapat memahami bahwa Indonesia Raya membutuhkan lebih dari sekedar suara teriakan kalian dijalanan saja. Indonesia harus menjadi utuh satu kesatuan bergotong royong sebagai ciri khas kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mewarisi warisan budaya leluhur bergotong royong itu sendiri.
Salam sehat, dan tetap patuhi protokol kesehatan sebagai langkah terbaik kita dalam mengurangi penyebaran pandemi Covid 19 di tengah masyarakat.
Penulis Adalah Wakil Sekjen GERAKAN RELAWAN INDONESIA, Pendiri Komunitas GAPPESINDO ( Gabungan Pengusaha dan Petani Singkong Indonesia ), salah satu cucu buyut Raden Alisjahbana.